Berbagai pandangan tentang pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini merupakan wujud bahwa gagasan tentang anak merupakan manusia kecil yang memiliki masa emas memang benar-benar ada. Periode sensitive yang terjadi pada anak dari sejak lahir hingga usia 8 tahun dibuktikan keberadaanya dengan adanya hasil riset penelitian-penelitian yang terdahulu. Dimulai dari padangan kaum maturasional yang memandang bahwa anak yang lahir didunia sudah memiliki potensi bawaan yang diberikan oleh Tuhan ketika anak itu lahir. Factor bawaan atau factor genetika adalah alasan mereka mengapa anak lahir didunia sudah memiliki potensi diri untuk berkembang. Arnold Gessel adalah tokoh yang yang mempunyai gagasan tentang teori kematangan pada anak. Kaum ini mempercayai bahwa anak yang lahir di dunia sudah memiliki blue print atau potensi perkembangan sendiri. Menurut teori kematangan ini perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada anak terjadi secara sistematis dan bertahap dalam arti tugas perkembangan yang ada pada anak terjadi secara berurutan, misalnya dari anak bayi yang hanya bisa tengkurap kemudian bisa merangkak, kemudian pada usia satu tahun mampu berdiri dan pada usia 2-3 tahun mampu berlari dan bermain aktifitas fisik. Hal ini sesuai dengan prinsip perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock yang menyatakan bahwa arah perkembangan pada anak terjadi dari umum ke khusus.
Menurut teori psikoanalis Sigmun Freud (psikodinamika) menjelaskan bahwa dalam tataran perkembangan kepribadian yang terjadi pada anak itu dipengaruhi oleh Id terlebih dahulu. Id yang diidentikan sebagai prilaku yang naluriah (biologis) yang terjadi sejak lahir pada anak. Contoh, rasa lapar atau haus yang dialami oleh bayi harus menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. Posisi Id disini akan muncul pada bayi ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka ia akan memberikan respon sebuah tangisan, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Setelah tahapan Id muncul kemudian tahapan ego yang kemudian menyusul muncul pada diri anak. Menurut Freud, ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Pada tahap ini mental (psikologis) mulai berkembang pada anak untuk mulai berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan Id dengan kondisi realistis dan sosial. Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat. Rasa benar dan salah muncul pada tataran ini, oleh sebab itu pada tataran ini individu disebut juga sebagai manusia karena dalam bertindak selalu mempertimbangkan antara bagaimana untuk memenuhi Id dan Ego dengan pertimbangan nilai dan moral.
Teori selanjutnya yang mengisi tentang periode sensitive pada anak adalah teori behavioristik model. Teori ini terkenal dengan interaksi antara stimulus dan respon yang menyebabkan proses otomatisasi pada anak. Tokoh dari teori ini adalah Ivan Pavlov, B.F Skiner, E. Thorndike, dll. Banyak kalangan akademisi berpendapat bahwa paham teori ini akan berdampak buruk pada anak ketika diaplikasikan pada anak, namun mereka harus menyadari bahwa pembentukan kebiasaan “habituation” yang muncul pada anak itu ada karena interaksi S dan R yang diulang-ulang, misalnya: mengucap salam, mengetuk pintu, menolong orang yang terjatuh, berdoa dan kegiatan lainya.
Paham tentang kaum behavioristik dan kaum maturisionis memang bertolak belakang, namun bukan berarti terdapat salah satu dari mereka ada yang salah. Konsep teori mereka memberikan sumbangsi yang besar pada pendidikan anak usia dini. Bergantung dari praktisi pendidikan dan orang tua untuk lebih tepatnya saat kapan dan bagaimana mengguanakan konsep maturasionis dan saat kapan dan bagaimana menggunakan konsep behavioris.
Teori yang selanjutnya memiliki sumbangsi besar terhadap dunia pendidikan adalah teori tentang insight atau kognitif pada anak (gestalt). Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang anak mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan psikologisnya merupakan faktor-faktor yang saling tergantung satu dan lainnya. Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang melatar belakangi prilaku, cita-cita, cara-cara seseorang dan bagaimana seseorang memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan orang tersebut. Setiap pengertian yang diperoleh berdasarkan pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan lingkungannya yang disebut insight. Konsep memahami diri yang berhubungan erat kaitanya dengan teori insight ini adalah kemampuan interpersonal dan intrapersonal anak.
Dalam kemampuan intrapersonal anak diartikan sebagai kemampuan dalam memahami diri, sementara itu interpersonal adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Sebelum anak memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan sesamanya, anak akan mengelola kemampuan intrapersonalnya terlebih dahulu. Semakin lama anak mampu mengembangkan kemampuan dalam mengontrol diri (intrapersonal) maka anak akan memiliki kemampuan yang bagus dalam kemampuan interaksinya dengan sesama (interpersonal). Teori tentang Jung yaitu yang membahas tenta g persona atau topeng menjelaskan bahwa semakin anak sering menggunakan kemampuannya dalam berinteraksi orang lain maka kemampuan dalam memahami dan mengontrol diri (kecerdasan intrapersonal) serta kemampuan memahami orang lain (kecerdasan interpersonal) akan semakin berkembang.
Orientasi baru psikologi pendidikan pada anak dimaknai bahwa praktisi, akademisi dan masyarakat harus mampu memahami karakteristik perkembangan anak secara khusus. Karakteristik perkembangan umum memang berbicara bahwa pada tahap-tahap usia tertentu perkembangan pada anak usia dini sama namun tetap pada dasarnya mereka memiliki karakteristik yang khusus yang berbeda dengan anak yang lain. Pendidikan sebagai usaha sadar atau aktivitas yang terencana dari orang dewasa yang bertujuan untuk memandirikan diri anak harus mampu membuat layanan pendidikan yang memang benar-benar memberikan out come pembelajaran yang sama (indicator perkembangan secara umum). Namun tetap pada prinsipnya seorang anak yang tumbuh sengang sosial-ekonomi yang berbeda serta karakteristik individupun yang berbeda menyebabkan praktisi pendidikan harus memberikan layanan pendidikan yang lebih variatif agar out come yang dihasilkan dapat maksimal dan sama.